Jamaah haji furoda 2024 yang diberangkatkan PT An Nur Kaltara Arafah

Lihat Foto

visa haji furoda 2025.

Dampak dari keputusan ini bukan hanya kerugian finansial yang mencapai miliaran rupiah, tetapi juga beban moral dan mental yang harus ditanggung oleh penyelenggara travel haji.

Pengusaha Travel Haji Furoda Tanggung Beban Moral yang Berat

Nur Rahmat, pemilik PT An Nur Kaltara Arafah, mengungkapkan perasaan gemetar saat mengetahui bahwa para jemaah haji furoda yang telah dipersiapkan dengan matang tidak bisa berangkat ke Tanah Suci.

“Saya gemetaran waktu para jemaah haji furoda tak bisa berangkat,” kata Rahmat saat ditemui pada Selasa (3/6/2025).

“Ini kan masalah ibadah, jadi pikiran saya bukan kerugian yang saya alami, tapi lebih pada beban moral. Terus terang itu ngaruh juga ke mental,” tutur dia lagi.

Rahmat menjelaskan bahwa perusahaannya telah melunasi biaya tiket, konsumsi, dan akomodasi hotel di Arab Saudi untuk 32 jemaah haji furoda, dengan biaya sekitar Rp 340 juta per orang.

Namun, mereka harus menerima kenyataan pahit ketika Pemerintah Arab Saudi memutuskan untuk tidak menerbitkan visa haji furoda tahun ini.

Penyebab Gagalnya Keberangkatan Haji Furoda 2025

Menurut Rahmat, informasi yang ia terima menyebutkan bahwa Pemerintah Arab Saudi sedang melakukan perbaikan sistem haji.

“Itu kebijakan negara sana, dan bukan hanya Indonesia yang visanya tak terbit. Banyak negara lain juga sama,” tambah Rahmat.

Meskipun demikian, Rahmat merasa kecewa setelah mengetahui bahwa jemaah haji dengan visa amil masih bisa berangkat ke Tanah Suci.

“Kecewa kami bertumpuk setelah mendengar justru banyak jemaah haji dengan visa amil bisa berangkat haji. Sedangkan visa haji furoda ditahan. Ini kan lucu,” kata Rahmat dengan nada yang penuh kekecewaan.

Kerugian Finansial dan Pilihan untuk Jemaah Haji Furoda

Batalnya keberangkatan 32 jemaah haji furoda yang terdaftar di PT An Nur Kaltara Arafah membuat Rahmat harus menanggung kerugian finansial yang diperkirakan mencapai hampir Rp 2 miliar.

Meski begitu, Rahmat tetap berusaha mencari solusi untuk jemaah yang terdampak.

Ia menghubungi pihak hotel di Arab Saudi untuk mencoba mendapatkan pengembalian dana, namun usaha ini belum membuahkan hasil.

Sebagai alternatif, Rahmat menawarkan dua pilihan kepada jemaah yang gagal berangkat: pengembalian dana penuh atau menggunakan dana yang sudah dibayarkan untuk keberangkatan tahun depan.