Bulan Muharram menjadi bulan pertama dalam kalender Hijriah. Berikut ini sejarah bulan Muharam.

Lihat Foto

Muharram dikenal sebagai bulan pembuka dalam kalender Hijriah dan termasuk salah satu dari empat bulan haram dalam Islam.

Pada bulan ini, umat Islam dilarang melakukan peperangan dan dianjurkan memperbanyak amal kebaikan.

Namun, bagaimana sebenarnya asal-usul penamaan Muharram dan mengapa bulan ini begitu dimuliakan?

Asal-usul Nama Muharram dan Larangan Berperang

Dikutip dari buku “Mengenal Nama Bulan dalam Kalender Hijriyah” karya Ida Fitri Shohibah, istilah “Muharram” berasal dari bahasa Arab harama–yuharrimu–tahriman, yang berarti “diharamkan” atau “dilarang”.

Nama ini merujuk pada larangan melakukan hal-hal buruk, termasuk peperangan, selama bulan tersebut. Tradisi ini telah dikenal jauh sebelum kedatangan Islam.

Pada masa Arab pra-Islam atau masa Jahiliyah, masyarakat sudah menetapkan empat bulan suci, termasuk Muharram, sebagai waktu untuk menjaga perdamaian.

Mereka menghormati bulan-bulan ini dengan menangguhkan segala bentuk konflik dan peperangan.

Tradisi ini kemudian diperkuat dalam ajaran Islam.

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT menyebutkan empat bulan haram yang wajib dimuliakan.

Salah satunya adalah Muharram, yang di dalamnya ditekankan pentingnya menahan diri dari kekerasan serta memperbanyak amal ibadah.

Penetapan Muharram sebagai Awal Tahun Hijriah

Penetapan Muharram sebagai bulan pertama dalam kalender Islam dilakukan pada masa Khalifah Umar bin Khattab.

Saat itu, umat Islam belum memiliki sistem penanggalan tahunan yang tetap, sehingga menyulitkan pencatatan administrasi negara dan surat-surat resmi.

Atas usulan Ali bin Abi Thalib, Umar kemudian menjadikan peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah sebagai titik awal kalender Hijriah.

Meski peristiwa hijrah terjadi pada bulan Rabiul Awal, Umar memilih Muharram sebagai awal tahun karena persiapan hijrah dimulai pada bulan tersebut.

Kalender Hijriah pun resmi diberlakukan pada tahun 638 M.