Lihat Foto

pasukan liar” selama masa jabatannya.

Hal tersebut diungkapkan Mayjen TNI (Purn) TB Hasanuddin, yang merupakan ajudan Habibie saat itu, dalam tayangan Brigade Podcast di kanal YouTube Kompas.com.

Bagaimana Ancaman Racun yang Diterima BJ Habibie?

Hasanuddin menceritakan bahwa ia menerima informasi ancaman peracunan terhadap BJ Habibie dari ZA Maulani, Kepala Badan Koordinasi Intelijen (Kabakin) saat itu.

“Hasanuddin, hati-hati. Pak Habibie mau diracun,” kata Hasanuddin mengingat peringatan BJ Habibie saat itu.

Menanggapi peringatan ini, Hasanuddin segera mengimplementasikan langkah-langkah pengamanan yang lebih ketat di kediaman presiden.

Untuk meningkatkan keamanan, Hasanuddin mengubah jalur distribusi bahan makanan yang biasa digunakan oleh staf dapur.

Ia memperketat pengawasan selama proses memasak dan meminta staf untuk berbelanja secara acak, tanpa pergi ke langganan biasa.

“Setiap makanan yang dimasak harus dalam pengawasan saya, bahkan saya mencicipi makanan tersebut sebelum disajikan,” jelasnya.

Hasanuddin mengeklaim bahwa ia bertindak sebagai “perisai hidup” untuk memastikan bahwa makanan yang disantap Habibie bebas dari racun.

Bagaimana Ancaman “Pasukan Liar” kepada BJ Habibie?

Selain isu peracunan, Hasanuddin juga mendapatkan informasi mengenai keberadaan pasukan liar yang dilaporkan mendekati kediaman Habibie di Patra Kuningan.

“Pada malam yang sama, saya mendapat informasi lagi mengenai pasukan khusus liar yang mendekat,” tuturnya.

Sebagai langkah pencegahan, ia memutuskan untuk tidur di depan pintu kamar Habibie dengan membawa senjata.

Tindakan ini membuat Habibie terkejut ketika menemukan ajudannya tidur di depan pintu kamarnya.

Hasanuddin hanya menjelaskan bahwa kamarnya terlalu dingin, meskipun sebenarnya ia sangat waspada terhadap informasi pasukan liar yang mengancam.

Apa Penyebab BJ Habibie Diancam?

Hasanuddin menyatakan bahwa situasi yang dihadapi Habibie tersebut berkaitan dengan kondisi politik pascalengsernya presiden kedua RI, Soeharto.

Meskipun Habibie diangkat secara konstitusional sebagai pengganti, ia tetap dianggap sebagai bagian dari Orde Baru oleh sebagian orang.

“Mungkin karena beliau merupakan pengganti Pak Harto, jadi ada hubungannya dengan tuntutan terhadap Habibie yang juga bagian dari Orde Baru. Ada kemungkinan itu berhubungan dengan isu-isu yang beredar,” ungkapnya.

Meski demikian, Hasanuddin menegaskan bahwa semua ancaman tersebut tidak pernah terbukti secara fisik.

“Sebenarnya itu hanya isu, seperti rumor tentang percobaan peracunan dan adanya pasukan liar. Dalam kenyataannya, saya tidak menemukan bukti apapun,” kata dia.